Subulussalam

Subulussalam merupakan salah satu komplek mahasiswa non JHQ PPNU Pi

Kirab Hari Santri Nasional

Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Turut Menyemarakkan Hari Santri Nasional

Sorogan Al-Qur'an

Sorogan AL-Qur'an wajib diikuti oleh seluruh santri. Sorogan AL-Qur'an dilaksanakan setiap pagi dan sore hari.

Ziarah Maqbarah Romo KH. Asyhari Marzuqi

Kegiatan Ziarah Maqbarah dilaksanakan setiap Jumat pagi ba'da shalat subuh, diikuti oleh seluruh santri PPNU Pi

Kajian Tafsir Jalalain

Kajian Kitab Tafsir Jalalain diampu langsung oleh pengasuh PPNU Pi, Abah KH. Munir Syafa'at.

Minggu, 28 Februari 2016

LPJ Takmir PPNU Pi 1435-1436 H

Tidak terasa, kepengurusan Takmir Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri telah mencapai satu tahun. Kepengurusan yang resmi dilantik pada bulan Februari lalu ini dinyatakan demisioner pada malam Senin (28/2) setelah melaporkan pertanggungjawabannya (LPJ) di hadapan Pengurus PPNU Pi. LPJ dimulai pada pukul 22.30 WIB bertempat di Kantor PPNU Pi. Dari total 14 pengurus takmir, dua di antaranya berhalangan hadir, sedangkan dari pihak pengurus DPH dan koordinator hanya satu yang berhalangan hadir. Meskipun peserta sidang LPJ tidak lengkap, acara dapat berjalan dengan lancar. Acara dimulai dengan pembukaan, pembacaan laporan dilanjutkan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini, baik dari pihak takmir maupun pengurus PPNU Pi saling memberikan kritik, saran, masukan, dan juga pertanyaan sehingga komunikasi dapat berlangsung aktif dari dua arah. Hasil dari sesi tanya jawab inilah yang nantinya dapat dijadikan evaluasi untuk kepengurusan yang akan datang. Setelah sesi tanya jawab, Ketua Umum PPNU Pi, Ibu Khamdiyah, S.Pd.I membacakan hasil musyawarah pengurus terkait keputusan terhadap LPJ takmir periode 1435-1436 H tersebut. “Setelah menimbang dan mengadakan koreksi seperlunya, Laporan Pertanggungjawaban Takmir PPNU Pi periode 1435-1436 H kami nyatakan demisioner dengan syarat revisi selama satu minggu” ungkap Ibu Khamdiyah, S.Pd.I yang disusul dengan applaus dari seluruh peserta sidang. Sebelum acara diakhiri, terlebih dahulu dari pihak takmir dan pengurus masing-masing memberikan sambutan. Dalam sambutan takmir, Rika Rahim sebagai ketua mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf kepada seluruh pihak, terutama kepada pengurus PPNU Pi apabila terdapat kesalahan selama satu tahun kepengurusan. Tidak jauh berbeda dengan sambutan pengurus PPNU Pi, Ibu Fitri Nur Badriyah, S.I.Kom. juga menyampaikan ungkapan terimakasih beserta apresiasinya terhadap pihak takmir yang telah melakukan tugasnya dengan baik. “Sebelum ada pelantikan pengurus takmir baru, mohon tetap melaksanakan tugas seperti biasa” ujar Ibu Fitri mengakhiri sambutannya. Kelegaan takmir usai melepas jabatannya diungkapkan melalui foto bersama dan mushafahah dengan Pengurus PPNU Pi. Acara diakhiri pada pukul 23.45 WIB dengan pembacaan surat al-‘Ashr sebanyak tiga kali dan doa kafaratul majelis. Semoga berkah .

Rabu, 24 Februari 2016

CERPEN: Harapan Kan GURU

Harapan itu tak pernah mati, bahkan saat kau merasa tidak bisa diharapkan. Harapan itu seperti bintang malam ini, di tengah keramaian lampu kota. Bintang terlihat redup, tapi keyakinan akan adanya bintang tetap ada. Aku duduk di pinggir jalan, di depan pendopo kampoeng Ketandan. Duduk sambil menyerutup sekuteng hangatku. Aroma sekuteng yang gurih, bau kacang bakar yang dipadu dengan jenang candil yang legit, ada aroma jahe yang hangat, potongan roti, kolang-kaling dan kuah yang mengepulkan asap kenangan. Sering kali, saat kau sudah berada dikehidupan yang sebenarnya, kau akan merindukan kehidupan di panggung-panggung pementasan, banyak pelajaran yang bisa diambil di sana, tidak hanya perkara tarik nafas, latihan vokal bahkan sampai teman dan saudara bisa kau dapati di sana. Tetap ada rasa rindu, meski pojok-pojok pementasan tidak lagi ramai seperti sudut-sudut bioskop yang semakin laris, miris memang saat seseorang sering merindukan kenangan tanpa bisa berbuat apapun. Bersama kehangatan malam aku ingin menuliskan kisah harapan. Harapan itu berawal dari sebuah naskah yang gagal pentas, tentang naskah yang berjudul “Kan Guru”. Bercerita tentang sistem kepemimpinan yang kacau dalam sebuah lembaga sekolah karena banyak korupsi. Kami sempat berfikir pementasan teater kami akan sukses setelah dua bulan berlatih, tapi nyatanya malah gagal pentas. Rasanya seperti petir di siang bolong. Tapi petir itu yang berhasil membuka gerbang-gerbang langit. “Kan Guru” telah mengenalkanku pada sang guru dan naskah-naskah teater, hingga aku menjalani hidup yang sebenarnya. Sudah lama aku tidak bertemu sang guru, terakhir aku dengar perkara kesehatan, sang guru merasa biasa-biasa saja kecuali penyakit liver yang telah mengecilkan tubuhnya dan menggelembungkan perutnya. Pola hidup yang kurang sehat di masa remajanya membuatnya ambruk, merokok, dan mengopi sudah seperti sepasang kekasih yang sulit ditinggalkan saat muda. Beliau sempat berobat kesana kemari, aku sangat sedih ketika diceritakan keadaannya saat itu. “Jadi apapun kami nanti, jangan berhenti menulis karena itu yang akan membesarkanmu.” Kurekam baik-baik pesan itu hingga hari ini. Pertemuan tidak bisa kau tunda, seperti halnya hujan yang ingin membasahi bumi. Walaupun aku belum siap menemuinya, entah sampai kapan. Di hari di mana aku harus menemui sang guru. Tubuhku sedang tidak baik karna aku baru terpeleset dari tangga, dengan hebatnya aku meluncur. Akibatnya dua tukang urut sudah kudatangi untuk meluruskan ototku, aku tidak hentinya mensugesti diriku bahwa aku baik-baik saja. Awan hitam telah menguasai langit seperti akan turun hujan, Aku bergegas menuju sebuah universitas negeri yang dikunjungi rombongan study tour. Aku tidak akan kehilangan kesempatan ini. Di antara bus hijau yang berjajar, aku melihat beliau. Badannya telah bugar. Beliau mengajak aku makan bersama rombongan. Menu yang disajikan di restoran ini sangat bermacam-macam. Aku makan ikan bawal dan sambal yang nikmat. “Mau sebagus apa pun tempatnya, mau seenak apapun makanannya sama saja” Kan Guru hanya mengambil lauk tempe dan kuluban, beliau sangat menjaga pola makannya setelah sakit yang panjang. Aku teruskan perjalananku menuju pantai dan berakhir di Malioboro saat malam telah datang. Di dalam bus yang berjalan, kami banyak bercerita. Kan guru banyak bercerita tentang kebangkitan kembali sanggar Saktah yang sempat fakum. Saktah dalam pelajaran bacaan Ghorib berarti berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas. di dalam Al-Quran ada empat saktah tetapi sanggar sakta hanya ada satu di hati kami. Sanggar kami sudah mulai bernafas. Perhentian yang telah mencapai satu alif, sudah saatnya melanjutkan bacaan berikutnya. Jika dalam pementasan itu berarti karya. “Sudah berapa tulisan yang diterbitkan?” Pertanyaan itu seprti sudah berapa gol yang kau masukkan kegawang, saat kau masih mendapati diri sebagai cadangan. Terakhir, saat aku berpamitan, seperti apa yang dilakukan Kan Guru padaku dulu. Ia mengusap kepalaku dan mendoakanku seperti mantra. Kan guru tersenyum, sesuatu yang jarang ku dapati dulu. Ada harapan yang besar disana. Aku berbaur dengan ratusan orang di jalan malioboro yang padat. Kan guru t’lah menghilang di tengah keramaian. Teringat kata-kata seorang teman, badanku bergetar seketika. “Kan guru terlanjur berprasangka. Ia menyangkamu akan jadi orang besar. Ia seringkali membacakan dirimu di panggung panggung pementasan. Kau harus berusaha lebih keras.” Ada rasa sesak yang tertahan. Aku berlari menyusuri jalan panjang, berharap bisa mendapatkan sayap merasakan tubuh yang ringan dan menemui kenangan. Sayang seribu sayang, kenangan telah lebih dahulu terbang seperti kunang-kunang di tengah malam. Aku tersimpuh ditepi jalan dengan pundak yang terasa lebih berat. Kutemui surau kecil, ku letakkan keningku disana. Sujudku terasa lebih nikmat malam ini, kuserahkan semua agar hidupku lebih damai. Kupejamkan mata dan berharap. (Nisae Tsalisun)
Semoga ini adalah harapan yang menghidupkan.

Syakira Juara Ketiga Festival Hadroh Championship se-DIY Jateng

Jumat (19/2) Grup Hadroh Syakira Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri berhasil meraih juara ke-3 dalam acara Festival Hadroh Championship yang diadakan oleh Panitia Haflah Ponpes Haromain Kulonprogo Yogyakarta. Festival yang diselenggarakan selama dua hari, yakni Kamis dan Jumat tersebut diikuti oleh grup hadroh se-DIY dan Jawa Tengah. PPNU-Pi sendiri mengirimkan dua delegasi yang masing-masing mewakili grup hadroh mahasiswa (Azkiya) dan pelajar (Syakira). Keduanya mendapatkan undian tampil pada hari Jumat sehingga keberangkatan menuju Ponpes Haromain dapat dilaksanakan bersamaan dengan menggunakan satu bus. Kedua delegasi dari PPNU Pi tampil dengan maksimal, terbukti dengan dipilihnya Syakira menjadi juara ketiga kategori putri, sedangkan Azkiya masih harus bersabar. “Masih ada kesempatan berikutnya” ujar salah satu personil Azkiya sambil tersenyum. “Mungkin kita harus lebih sregep latihan lagi” tambahnya. Sebagai juara ketiga, Syakira berhak memboyong piala kemenangan beserta uang pembinaan senilai Rp1000.000,-. “Semoga bisa menjadi motivasi untuk lebih baik ke depan.” Ibu Dwi Rahmawati bersemoga.